Jumat, 20 Oktober 2017

Pukul 17:28 Sore

Pukul 17:28 sore hari jum’at di minggu ketiga bulan Oktober, tiga hari menjelang hari ulang tahun ku. Cuaca cerah dengan kilauan sinar matahari yang kala itu telah berwarna sedikit kekuningan,  terlihat jelas di dekat gapura pembatas antara dua kabupaten besar yang ada di Bengkulu.

Sepasang manusia tengah bercengkrama di bawah gapura itu, seakan dijadikan sebagai pelindung dari kilauan cahaya kuning mentari yang bahkan tak terasa panas ini. Mengenakan seragam sekolah berwarna cokelat mereka terlihat bergitu aneh, jika berda di tempat ini dengan waktu yang telah terbenam jauh dari jadwal pulang sekolahnya. Ahh mungkin sedang ada yang memang mereka kerjakan fikirku baik, tapi ntahlah, hanya mereka yang tahu persis, satu-satunya hal yang mengganggu ku kala itu, yaitu fakta bahwa mereka mengenakan seragam cokelat itu.

Tak jauh dari gapura tersebut, sambil bercerita seru ditemani oleh kendaran yang berlalu lalang, tertangkap pula oleh mataku dua sosok laki-laki mengenakan baju berwarna kuning, dengan corak-corak hijau cokelat dan motif yang sama, dua orang pria tampak sangat menikmati waktu istirahatnya setelah berolah raga, terlihat jelas dengan sepatu beserta helm dan sepeda yang ada di sisi kiri mereka.

Perjalanan Pulang.
Perjalanan ini merupakan hal yang telah saya tunggu sejak beberapa minggu lalu, saya akan  bertemu dengan ibu serta saudara-saudara. Gapura itu, merupakan penanda bahwa saya akan sampai ke tujuan tak lama lagi. Kurang dari 10 menit saya mengistirahatkan tubuh di sana, dan akhirnya meninggalkan orang-orang yang tengah beraktifitas di gapura itu.

Melewati gapura yang telihat besar tersebut saya akan tiba di rumah sekitar tiga puluh menitan, dengan kecepatan kira-kira 80 Km/Jam. Oh iya, 3 hari kedepan saya akan tepat memasuki usia 24 tahun (sudah tua yah). Apakah ini alasan saya pulang? Tentu saja tidak, saya membutuhkan ide-ide yang nanti akan saya tuangkan dalam tulisan-tulisan saya. Saya berharap di rumah (orang tua) saya nanti, saya akan mendapatkannya, yah semacam refreshing dari rutinitas kerja.

Saya adalah seorang manusia yang baru mulai belajar dan baru mulai menyukai dunia tulis menulis ini, saya membutuhkan banyak ide – ide yang nanti nya akan saya curahkan kedalam karya (tulisan) saya. Memiliki pembaca yang menyukai tulisan saya adalah sesuatu yang sangat saya inginkan saat ini, seakan terasa sangat puas jika ada orang yang mau membaca tulisan saya.

Namun rasa malas, jenuh dan bosan tak henti-hentinya datang, seakan selalau berusaha menggoyahkan impian besar saya, seakan mencoba mengeluarkan saya dari jalan yang ingin saya lalu ini, seakan memaksa saya untuk berhenti. Ntah lah ….


Satu hal yang saya rasa bisa menandingi perasaan-perasaan itu, yaitu bagai mana caranya untuk bernegosiasi dengan diri sendiri. Dan sampai sekarang saya masih mencari, semoga tuhan membatu saya. Aminnn ^_^

Selasa, 17 Oktober 2017

Malam Yang Akhirnya Menggetarkan Dada

Seakan teringat kembali akan kisah yang menghanyutkan perasaan, hal yang membuat sesak dada, bagai mempersulit nafas dan mempercepat detak jantung. Darah terpompa dengan deras seperti hujan yang mendatangi bumi setelah lama tak menampakan diri, yang akan menutup retakan-retakan pada tanah kuning berdebu.

Selasa malam, dengan bintang yang penuh menghiasi langit seakan berlomba-lomba menampakan pesona keindahan cahaya nya. Saya bertemu (kembali) dengan seorang wanita muda, cantik dengan senyuman bersahabat, mengenakan hijab kuning terlihat mempesona diantara banyak pengunjung lainnya.


Disuatu pusat perbelanjaan siap saji yang bercirikan bangunan berwarna merah menyala, pandangan mata saya teralihkan oleh orang ini, dia adalah adik tingkat saya ketika kuliah. Seorang adik tingkat yang pernah saya masukan dalam sudut-sudut hati saya. Seorang perempuan yang pernah saya sukai, salah seorang wanita yang pernah membuat dada saya bergetar kala melihatnya.

Saya bukan seseorang yang benar-benar pandai dalam mengungkapkan kata-kata, bukan seseorang yang benar-benar pandai dalam menyusun kalimat indah, namun dalam ungakapan ini, akan saya optimalkan semua itu semaksimal mungkin.

Pertemuan ini membuat fikiran saya jauh ke lima tahun silam, ketika berbagai mata kuliah masih menjadi rutinitas saya, terseliplah dua sosok wanita yang telah tergambar di hati ini. Dua sosok wanita yang salah satu nya telah benar-benar menjadi kenangan dan salah satunya lagi telah hilang lenyap di telan keadaan.

Tentu saja ini bukan ungkapan penyesalan yang ingin disampaikan oleh seorang pemuda, bukan suatu ungkapan kesedihan dari mahkluk ciptaan tuhan, bukan sebuah ratapan kegelisahan hati seorang lelaki. Namun pengalaman ini membuat saya lebih mengerti tentang apa itu penyesalan, kesedihan, dan kegelisahan.

Kala itu, hati saya telah memilih siapa yang akan disimpannya, siapa yang akan mendapatkan banyak tempat terbaik di lekukan ruang-ruang yang ada, dan yang akan tertanam rapih. Seorang wanita telah menjadi kenangan indah yang akhirnya membuat saya membulatkan pilihan dan membuang jauh-jauh perasaan saya terhadap adik ini.

Ketika saya masih menjadi senior di organisasi kemahasiswaan yang saya ikuti, yah kira-kira 2 bulan setelah berjalannya semester lima. Saya bertemu dengan adik ini yang  merupakan mahasiswa baru di jurusan yang sama.

Pandangan mata saya yang kala itu masih jelas melihat tanpa bantuan kaca mata, begitu terpesoan akan sosok adik ini. Dia terlihat begitu anggun dengan hijabnya, beserta kulit putih yang membuat nya terlihat lebih menarik, dan senyuman manis yang membuat nya semakin mempesona.

Saya sempat berusaha mencari tahu segala tentangnya, mengandalkan posisi saya sebagi seorang senior, yah bisa di akui saya menyalah gunakan posisi saya pada saat itu. kala itu saya memiliki akses untuk melihat catatan identitas semua mahasiswa baru yang ingin mengikuti organisasi yang tengah saya jalani ini, dan disitu lah saya mendapakan banyak data tentang dia sebagai modal.

Tidak gentle?

Oh tentu saja tidak, walau saya telah memiliki semua data yang kala itu saya butuhkan, namun saya tetap memintanya langsung kepada adik ini. Semua yang saya miliki ini hanya sebagai back up saja. Hehehee :P

Malam itu ketika saya pulang dari mengantar teman mempermak salah satu celana yang dimilikinya, rasa lapar terus mengganggu saya. Banyak sebenarnya tempat yang menjajahkan makanan, namun entah kenapa saya ingin sekali berbelanja di salah satu pusat perbelanjaan siap saji ini, mungkin karena warna merah dibangunannya membuat saya tertarik. Terletak disebelah kiri bangunan itu, sebuah tanah luas yang di gunakan sebagai area parkir menjadi tempat saya dan teman menitipkan kendaraan kami untuk sementara.  Saya telah melihat adik ini dari awal kedatangan kami, namun karena takut salah orang saya berpura-pura tak melihatnya.

Masuk dan memesanan makanan yang nantinya akan saya bawa pulang merupakan tujuan utama saya, tentu saja mata saya melirik adik ini untuk memastikan bahwa benar dia adalah seorang wanita yang kala itu pernah saya taksir.

Tak begitu lama, kurang dari sepuluh menit saya sudah mendapatkan apa yang saya pesan, dan seperti sebelumnya, saya keluar bagai tak mengenal adik ini. Namun disinalah kegalauan itu mulai terjadi. Ketika kendaraan yang saya tumpangi sudah siap untuk di gunakan,  mulailah keberanian diri muncul, dengan jelas saya melihat kearahnya. Lalu dengan senyuman manis yang sangat mempesona, adik ini menganggukan kepalanya yang tersemat hijab kuning, tanda ia mengakui bahwa kami saling mengenal satu sama lain. Mulai lah detak nadi ini bergerak dengan tidak beraturan kala itu, sangat terasa seperti momen beberapa tahun silam. Ternyata saya telah melewati kesempatan untuk kembali berteman dengannya.

Well, ketika semua ini dituliskan, hati saya telah yakin bahwa itu hanyalah sebagai pemanis cerita hidup saya. Toh akhirnya nanti InsyaAllah saya akan memiliki seorang wanita yang akan saya ikat dirinya dihadapan wali nikah yang sah. Dan saya percaya, tuhan telah mempersiapkan semua itu dengan manis untuk saya.


Semoga.